Ibu...walau raga tak sanggup menggapai lembut tanganmu, aku yakin
hati ini dan rasa ini sudah terlebih dahulu tiba untuk menyampaikan
berjuta kasih sayang yang tulus dariku sebagai seorang anak yang belum
sempurna dalam bersikap kepadamu ibu.
Ku sadari bagaimana
cara untuk bersikap kepada seseorang yang memang sudah berjuang
mempertaruhkan hidupnya,ketika engkau mempertaruhkan hidupmu ketika
melahirkan seorang buah hati, mendengar tangisku dulu aku yakin bahwa
rasa sakit yang benar-benar kau rasakan seketika hilang hanya dengan
mendengar suara tangisku..
Ya betul suara tangis seorang insan yang pertama kalinya merasakan hidup di Bumi Allah.
Sewaktu
kecil, aku benar-benar merasakan tangguhnya sikap yang engkau
tunjukkan, sigapnya engkau dalam bertindak, dan cerdiknya engkau dalam
mendidik. Sehingga tanpa kau sadari sesungguhnya engkau telah mencetak
dan membentuk generasi-generasi penerus yang akan memperjuangkan
cita-citamu dan cita-cita kita.
Sekarang aku beranjak
dewasa, dan sekarang aku sudah mulai berpikir bagaimana cara untuk
membalas pengorbanan yang telah engkau berikan. Aku berpikir dengan apa
aku bisa membuatmu bahagia? Apa dengan sebuah kado special yang
terbungkus rapi, atau dengan ucapan "Ibu aku menyayangimu?"
Apa itu cukup untuk membayar semua cinta, kasih, dan pengorbanan yang diberikan?
tidak
cukup itu, tapi dengan mereka bisa menyaksikan buah hati mereka santun
dalam bersikap, jujur dalam berucap, taat dalam beribadah, dan mampu
membuat bangga dirinya. Itu sudah lebih dari cukup.
Aku
akan mengusahakannya ibu. Dan aku yakin aku bisa membuatmu memberikan
senyuman terindah ketika melihatku hidup dengan sikap yang engkau
tanamkan dahulu.
Terimakasih ibu...
"Walau ragaku
saat ini tak sanggup untuk mendekapmu tapi aku yakin berjuta kasih
cinta dan sayang yang aku rasakan sudah terlebih dahulu tiba didalam
sanubarimu wahai IBU".
From: Adita Dyah Asokawati