Minggu, 29 September 2013

Pancaran kasihnya sangatlah nyata bukan fatamorgana

Ibu...walau raga tak sanggup menggapai lembut tanganmu, aku yakin hati ini dan rasa ini sudah terlebih dahulu tiba untuk menyampaikan berjuta kasih sayang yang tulus dariku sebagai seorang anak yang belum sempurna dalam bersikap kepadamu ibu.

Ku sadari bagaimana cara untuk bersikap kepada seseorang yang memang sudah berjuang mempertaruhkan hidupnya,ketika engkau mempertaruhkan hidupmu ketika melahirkan seorang buah hati, mendengar tangisku dulu aku yakin  bahwa rasa sakit yang  benar-benar kau rasakan seketika hilang hanya dengan mendengar suara tangisku..
Ya betul suara tangis seorang insan yang pertama kalinya merasakan hidup di Bumi Allah.


Sewaktu kecil, aku benar-benar merasakan tangguhnya sikap yang engkau tunjukkan, sigapnya engkau dalam bertindak, dan cerdiknya engkau dalam mendidik. Sehingga tanpa kau sadari sesungguhnya engkau telah mencetak dan membentuk generasi-generasi penerus yang akan memperjuangkan cita-citamu dan cita-cita kita.

Sekarang aku beranjak dewasa, dan sekarang aku sudah mulai berpikir bagaimana cara untuk membalas pengorbanan yang telah engkau berikan. Aku berpikir dengan apa aku bisa membuatmu bahagia? Apa dengan sebuah kado special yang terbungkus rapi, atau dengan ucapan "Ibu aku menyayangimu?"

Apa itu cukup untuk membayar semua cinta, kasih, dan pengorbanan yang diberikan?
tidak cukup itu, tapi dengan mereka bisa menyaksikan buah hati mereka santun dalam bersikap, jujur dalam   berucap, taat dalam beribadah, dan mampu membuat bangga dirinya. Itu sudah lebih dari cukup.

Aku akan mengusahakannya ibu. Dan aku yakin aku bisa membuatmu memberikan senyuman terindah ketika melihatku hidup dengan sikap yang engkau tanamkan dahulu.
Terimakasih ibu...

"Walau ragaku saat ini tak sanggup untuk mendekapmu tapi aku yakin berjuta kasih cinta dan sayang yang aku rasakan sudah terlebih dahulu tiba didalam sanubarimu wahai IBU".

From: Adita Dyah Asokawati
To: Ibuku tercinta (Agustine)